NASKAH PIDATO
DALAM RANGKA LOMBA PIDATO PERINGATAN 100 TAHUN HARKITNAS
T h e m a : SERATUS TAHUN HARKITNAS
J u d u l : Peranan Generasi Muda Menyikapi Kebangkitan Nasional
Terima kasih saya ucapkan kepada Panitia Lomba Pidato dalam rangka peringatan seratus tahun hari kebangkitan nasional atau HARKITNAS, atas kesempatan yang diberikan kepada saya guna turut serta ambil bagian dalam lomba ini. Demikian pula kepada Dewan Juri yang terhormat, saya ucapkan selamat melaksanakan tugas. Sebelumnya, saya sebagai umat beragama, tiada lupa memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena perkenan beliau sehingga kita sekalian dapat berkumpul di tempat ini, hari ini dalam keadaan sehat tiada kurang suatu apa. Om Swastyasthu. Semoga acara yang digelar hari ini dapat berjalan sesuai rencana, semoga pula sinar suci Tuhan datang dari segala arah. Asalamwalaikum warahmatulahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. MERDEKA.
Hadirin yang saya hormati. Materi yang akan saya bawakan pada kesempatan ini dengan thema : Seratus Tahun Harkitnas, sedangkan judul sekala pembicaraan kita pagi ini adalah : Peranan Generasi Muda dalam menyikapi kebangkitan nasional. Untuk lebih runutnya di dalam kita memaknai sejarah perjuangan bangsa khususnya kebangkitan nasional sejak seratus tahun yang lalu, marilah kita bersama-sama merenungkan sejenak kilas balik kejadian tersebut dalam ingatan masing-masing, apa dan bagaimana kebangkitan nasional bangsa Indonesia pada saat itu. Tentu saja berdasarkan apa yang sempat kita baca dalam buku sejarah, dan yang paling autentik apabila keterangan para pelaku sejarah baik secara lisan maupun tertulis kisah heroik bangsa Indonesia yang kita dapatkan dari mereka.
Hadirin yang saya muliakan. Tahun 1908 merupakan tonggak kelahiran kebangkitan perjuangan Bangsa Indonesia secara nasional. Ditandai dengan berdirinya Organisasi Budi Utomo pada saat itu tepatnya tanggal 20 Mei 1908 yang sampai sekarang diperingati sebagai Hari kebangkitan Nasional. Budi Utomo didirikan oleh Dokter Sutomo atas anjuran Dokter Wahidin Sudiro Husodo. Kelahiran Budi Utomo merupakan klimak dari kesadaran berbangsa, bertanah air satu, merasa senasib dan sepenanggungan, sedangkan sebelumnya perjuangan Bangsa Indonesia belum bersifat nasional dengan kata lain masih bersifat kedaerahan. Memang, usaha atau perjuangan mengusir penjajah Belanda muncul dimana-mana di seluruh nusantara seperti di Jawa terkenal dengan Sultan Agung dan Pangeran Diponegoro, di Sumatra terkenal dengan Cut Nya Dien, di Kalimantan terkenal dengan Antasari, di Sulawesi dengan Hasanudin, di Bali terkenal dengan Perang Puputan Jagaraga dan lain-lain, namun sayang semuanya dapat digagalkan karena masih bersifat kedaerahan, belum bersatu secara nasional. Kurangnya rasa persatuan dan kesatuan, belum bersifat nasional dan belum adanya rasa nasionalisme. Barulah mulai tahun 1908 ada beberapa tokoh nasional, para intelektual bangsa saat itu menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan secara nasional yang merembes berimbas pada bangkitnya kesadaran nasional di hati kaum muda, terbukti dilaksanakannya kongres Pemuda melahirkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober tahun 1928. Kemudian spirit dan semangat Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 juga mengikhlami usaha kemerdekaan Indonesia dan pada akhirnya berhasil dengan pembacaan Proklamasi oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tanggal 17 Agustus 1945, akhirnya kita merdeka.
Hadirin yang terhormat. Kalau kita renungkan betapa besar dan ampuhnya taksu atau sugesti dari kebangkitan nasional tersebut. Saat itu para pendahulu kita di dalam menggalang rasa nasionalisme tidak membedakan asal, agama, adat, suku dan ras. Yang penting lahir dan hidup di nusantara, bersatu bergandengan tangan memelihara dan menumbuhkan rasa nasionalisme, penuh toleransi saling asah, saling asih dan saling asuh sehingga kerukunan hidup sangat terjalin dan terpelihara. Sekarang saya bertanya kepada para hadirin, utamanya kepada kaum generasi muda............. Apakah sifat-sifat pribadi yang adhi luhung warisan para pendahulu kita di jaman globalisasi sekarang ini masih terpelihara? ........... Saya kira jawabannya tidak. Tidak seutuhnya masih terpelihara. Mengapa saya berani katakan demikian, bukti dan fakta nyata dapat kita lihat sekarang ini. Rasa nasionalisme bangsa Indonesia sekarang ini sudah memudar, untungnya belum mati atau sirna. Organisasi sparatisme yang ingin berdiri sendiri keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia muncul di banyak tempat seperti Papua, Maluku, Sulawesi dan Sumatra. Yang lebih menyedihkan lagi, mengapa bangsa Indonesia sekarang ini menjadi beringas, mengapa mereka lupa dengan kearifan lokal bangsa Indonesia, warisan tata krama leluhur kita sekarang ini dilupakan? Contoh, karena perbedaan yang kecil yang sebenarnya dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat sudah menimbulkan permusuhan, perkelahian antar banjar, antar desa adat, antar desa bahkan antar keluarga. Mereka lupa bahwa kita satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang sedang berjuang memerangi kemiskinan dan kebodohan. Yang lebih menonjol lagi sifat egoisme dan individual begitu kental. Dengan tidak malu-malu mereka berusaha meraih keuntungan dengan kata lain mementingkan diri sendiri maupun golongannya berusaha meraih keuntungan dengan menghalalkan segala cara, Para pemimpin kita banyak yang serakah, korupsi merajalela hampir di semua sektor dan dengan tidak malu-malu mereka berebut kedudukan dan jabatan dengan tanpa mempedulikan rakyat yang sengsara.
Hadirin yang saya hormati. Sebenarnya ibu pertiwi sekarang ini sedang menangis sesenggukan menyikapi prilaku anak bangsa yang salah kaprah. Demikian pula para pejuang bangsa yang dengan penuh ketulusan berjuang demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia. Kalau seandainya para pahlawan yang telah gugur sekarang ini masih hidup, mereka sudah pasti sedih dan menyesali perbuatan para penerusnya yang menyimpang dari cita-cita perjuangannya.
Hadirin yang saya muliakan. Apakah hal seperti ini akan kita biarkan terus?. Cita-cita proklamasi yang tertuang pada Pembukaan UUD ’45, Pancasila dan batang tubuh UUD ’45, untuk mensejahterakan rakyat Indonesia akan hanya merupakan selogan kosong alias tidak akan berhasil. Untuk itu, marilah kita bangkit kembali seiring dengan kebangkitan nasional seratus tahun yang lalu. Wahai para pemuda harapan bangsa, melalui kesempatan yang baik ini saya bukannya menggurui melainkan hanya mengingatkan, menghimbau membangkitkan kesadaran yang sempat pudar untuk berbuat dan berbuat. Marilah dengan semangat peringatan seratus tahun Harkitnas, kita bangkitkan kembali semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi kaum muda, apa yang dapat kita perbuat?. Banyak-banyak sekali saudara-saudaraku. Contohnya, rajin-rajinlah belajar agar menjadi orang yang cerdas dan berakhlak mulia, hormati orang tua dan guru. Patuhi peraturan dan undang-undang, jauhi narkoba, jangan ugal-ugalan dan kebut-kebutan, hormati pemerintah namun kontrol tetap dilakukan. Jangan berbuat anarkis karena sangat merugikan bangsa dan negara. Salurkan aspirasi sesuai koridor aturan dan tata krama berdemokrasi. Aktiflah berorganisasi sudah tentu organisasi yang positif. Kembangkan sifat toleransi, kobarkan sikap nasionalisme. Marilah, dengan memaknai dan meresapi nilai kebangkitan nasional seratus tahun yang lalu, para generasi muda haruslah berperan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Para generasi muda harus mampu berperan meneruskan makna dan nilai yang terkandung di dalamnya yaitu mempertebal rasa nasionalisme bangsa Indonesia, agar kita mampu bersaing dengan negara lain dengan kata lain tidak selalu bergantung pada bangsa lain.
Hadirin yang saya banggakan, kiranya apa yang saya telah paparkan di depan mudah-mudahan dapat diresapi dan berguna, mampu membangkitkan semangat bangsa Indonesia dimanapun berada. Sebelum uraian ini saya sudahi, perkenankanlah saya mohon maaf apabila di dalam saya menyampaikan uraian ada kata-kata dan sikap yang kurang berkenan dihati. Hal ini disebabkan karena kekurangan dan kebodohan saya, sekali lagi mohon dimaafkan. Terima kasih atas perhatian hadirin. Merdeka
Om Santhih, Santhih, Santhih Om, Asalamwalaikum warahmatulahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.
Amlapura, 20 Mei 2008
Ida Made Giur Dipta
Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan