Penilaian Sumatif, Penentu Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Pembelajaran dan asesmen merupakan satu siklus, di mana asesmen memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang, kemudian asesmen digunakan untuk mengecek efektivitas pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, asesmen yang diutamakan adalah asesmen formatif yang berorientasi pada perkembangan kompetensi peserta didik.  Pemerintah telah menetapkan Capaian Pembelajaran yang menjadi rujukan utama dalam pengembangan rancangan pembelajaran, khususnya untuk kegiatan intrakurikuler.

Guru diharapkan memiliki kompetensi yang mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang dimulai dari menganalisis capaian pembelajaran , tujuan pembelajaran mengembangkan alur tujuan pembelajaran, modul ajar, serta asesmen pada awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.

Pelaksanaan asesmen yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, dan pelaporan hasil penilaian atau asesmen juga menjadi hal wajib dikuasai oleh seorang guru. Asesmen dalam kurikulum merdeka dapat dibedakan menjadi dua yakni asesmen formatif dan asesmen sumatif.

1)      Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.

a)      Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.

b)      Asesmen di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran.

2)      Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:

a)        alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu;

b)        mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan

c)        menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

 Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 21 Tahun 2022 pada Pasal 9 disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan 2 bentuk yakni penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan, penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar Peserta Didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari Satuan Pendidikan.

Dengan terbitnya Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022 ini mengisyaratkan bahwa penilaian yang dilakukan guru dilakukan dengan dua bentuk yakni formatif dan sumatif sehingga pengolahan nilainya sedikit berbeda dengan pengolahan nilai sebelumnya. Pengolahan nilai sebelumnya mengakumulasi nilai formatif dan sumatif menjadi nilai rapor. Dengan aturan ini, nilai rapor diperoleh dari penilaian sumatif sedangkan deskripsinya rapor diambil dari nilai formatif. Perubahan ini menyebabkan harus ada upaya perbaikan pada format pengolahan nilai.

Saat ini, penulis sudah menyediakan format pengolahan nilai rapor kurikulum merdeka yang sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022. Pengolahan nilai rapor ini berupa aplikasi rapor berbasis excel dengan berbagai keunggulan, yakni:

1)      Terintegrasi rapor intrakurikuler

2)      Rapor Proyek

3)      Rapor Tengah Semester

4)      Buku Induk

5)      Rekapitulasi nilai

6)      Piagam Penghargaan

7)      dll

Ayo segera dapatkan aplikasi rapor versi terbaru dengan menghubungi WA 087861782183.


Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan

Download Gratis Aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka (Rapor Intrakurikuler dan Rapor Proyek P5)


Dalam proses pembelajaran seyogianya peserta didik yang menjadi fokus (Student Centered). Usaha untuk memahami peserta didik dan menjadikan mereka pembelajar yang aktif akan memudahkan usaha untuk mengaktualisasikan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya karakter dan kompetensi peserta didik. Pendidik berperan memfasilitasi proses mencapai tujuan tersebut. Untuk itu penting bagi pendidik untuk memiliki kemampuan merancang pembelajaran, agar mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Ketika peserta didik menjadi seorang pelajar yang merdeka, interaksi pendidik dan peserta didik akan berubah. Peserta didik akan memiliki peluang untuk melakukan inisiatif, mempunyai suara dan kepemilikan pada proses pembelajaran serta memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik baik kepada diri sendiri, peserta didik lain serta kepada pendidik.

Proses merancang pembelajaran merupakan proses penting yang berdampak pada keberhasilan pembelajaran, begitu pula proses penilaian yang dilakukan. Penilaian merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan sebagai salah satu bagian dari proses pembelajaran. Penilaian dalam Kurikulum Merdeka memiliki ciri khas tersendiri. Penilaian tersebut meliputi penilaian formatif, sumatif lingkup materi, dan sumatif akhir semester (optional). Penilaian formatif dilakukan untuk mengukur ketercapaian setiap tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Penilaian sumatif lingkup materi digunakan untuk mengukur lingkup materi yang menaungi beberapa tujuan pembelajaran. Sedangkan, sumatif akhir semester digunakan untuk mengkonfirmasi (bila diperlukan) terhadap capaian pada saat sumatif lingkup materi yang dilaksanakan pada akhir semester. 

Penilaian di Kurikulum Merdeka ini sepenuhnya diberikan keleluasaan kepada tiap satuan pendidikan. Satuan pendidikan dapat menentukan jumlah TP yang diturunkan dari CP pada tiap mata pelajarannya. Dengan kondisi tersebut pastinya terdapat perbedaan di setiap kelas dan setiap satuan pendidikan. 

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan aplikasi penilaian yang dapat mengakomodir semua kebutuhan sekolah. Aplikasi penilaian harus bersifat dinamis dan menyesuaikan kebutuhan satuan pendidikan. Oleh karena itu, pengembang menjawab kebutuhan tersebut dengan menghadirkan aplikasi versi terbaru yang dapat digunakan gratis*.

Video Tutorial bisa dilihat di bawah ini :


Download Aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka Fase A, B, dan C untuk semester 1 dan 2
  1. Download Aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka  disini

Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan

3.1.a.8.1 Koneksi Antar Materi - Keputusan yang Bertanggung Jawab

Guru adalah sosok yang seharusnya dapat menginspirasi setiap siswanya. Peran guru tersebut dapat berjalan baik bila guru mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang berpihak pada murid dapat terjadi bila guru mampu menciptakan situasi merdeka belajar bagi setiap siswanya.

Ki Hadjar Dewantara melalui filosofinya yang tertuang dalam Pratap Triloka menyebutkan bahwa

1)      Ing Arso Sung Tulodo

Kalimat ini berarti bahwa guru memiliki peran yang sangat penting yakni menjadi contoh di depan siswa-siswinya. Guru hendaknya dapat selangkah lebih di depan dari pada siswa-siswi yang diajar di dalam kelasnya. Jika dikaitak dengan kemajuan teknologi saat ini, guru harus mampu menguasai berbagai jenis teknologi informasi komunikasi termasuk pengambilan keputusan yang dapat dibantu dengan teknologi informasi.

2)      Ing Madyo Mangun Karso

Ungkapan ini mengandung arti bahwa guru memiliki peran selain menjadi contoh juga harus selalu setia mendampingin anak didiknya selama kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Guru dapat mengambil sebagai konselor, mentor maupun coaching terhadap peserta didiknya.

3)      Tut Wuri Handayani

Kalimat ketiga dari Pratap Triloka KHD ini mengandung arti bahwa guru harus dapat memberikan dorongan kepada setiap siswa-siswinya. Guru dapat mengambil peran sebagai motivator untuk kemajuan setiap siswa yang adala di dalam kelasnya.

Jika Pratap Triloka KHD ini dikaitkan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat. Kapan dan dimana guru harus berposisi seperti yang digambarkan dalam filosofi Ing Arso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Seperti halnya ketika guru mengalami dilema etika dalam pengambilan keputusan terhadap permasalahan pembelajaran siswanya, guru harus memiliki penmgathuan dan wawasan yang baik sehingga dilema etika yang dialami dapat terpecahkan dan memberikan keputusan yang terbaik.

Program Pendidikan Guru Penggerak

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sangat tergantung pada nilai-nilai yang dimiliki oleh guru yang bersangkutan. Dalam hal ini, saya sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjawab setiap dilema etika yang saya hadapi sehinggga mampu melakukan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Nilai-nilai positif yang ada dalam diri kita hendaknya mampu memicu diri dalam setiap pengambilan keputusan.

Coaching adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sebuah masalah sehingga siswa ataupun rekan sejawat yang mengalami permasalahan dapat menumbuhkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga mampu memecahkan permasalah yang dihadapinya sendiri. TIRTa adalah satu model coaching yang digadang-gadang paling baik dilakukan pada kasus-kasus yang terjadi di dunia pendidikan. TIRTa sebagai model coacing ini memiliki tahapan seperti tujuan umum, identifikasi masalah, rencana aksi yang akan dilakukan dan tanggung jawab terhadap komitmen rencana yang telah dibuat. Teknik coaching ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya menganut 3 prinsip dilema etika, 4 paradigma pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian terhadap alternatif keputusan yang dibuat. Tiga prinsip dilema etika, 4 paradigma pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan dijabarkan sebagai berikut.

            Tiga prinsip Pengambilan Keputusan

1)        Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2)        Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3)        Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

            Empat paradigma pengambilan Keputusan

1)        Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2)        Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3)        Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4)        Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

            Sembilan langkah pengambilan keputusan

1)      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2)      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3)      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4)      Pengujian benar atau salah

a.    Uji legal

b.    Uji regulasi/standar professional

c.    Uji Intuisi

d.   Uji Halaman Depan Koran

e.    Uji Panutan/Idola

5)      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6)      Melakukan Prinsip Resolusi

7)      Investigasi Opsi Trilema

8)      Buat Keputusan

9)      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Dengan menerapkan 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah pengambilan keputusan diharapkan keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan dan efektif dalam menyelesaikan permasahan yang sedang dihadapi. Dari sembilan langkah tersebut, hampoir seluruhnya merupakan tahap-tahap penting. Namun tahap yang paling menentukan adalah pada langkah ke empat dan langkah kesembilan yakni pengujian terhadap benar dan salah pada dilema yang dihadapi dan bagaimana merefleksikan keputusan yang sudah diambil, apakah tepat atau tidak tepat.

Berdasarkan uraian di atas, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah keputusan yang diambil berdasarkan 3 prinsip, 4 paradigma, dan melalui 9 langkah pengambilan keputusan. Dalam hal ini guru, wajib menguasai pinsip, paradigma dan langkah-langkah tersebut. Dengan demikian, diharapkan setiap keputusan yang diambil baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun sebagai pengambil kebijakan dalam institusi sekolah dapat berupa keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan dan efektif dalam penyelesaian permasalahan mapun dilema etika yang terjadi.


Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan

Aksi Nyata CGP - I Made Mudiartana - Budaya Positif

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF MELALUI KESEPAKATAN KELAS BERBASIS MURID MERDEKA DI MASA NEW NORMAL PADA ANAK KELAS 5B SDN 12 PEMECUTAN

 

I Made Mudiartana

CGP Angkatan 1 Kota Denpasar

 

1.        Latar Belakang

Bertepatan dengan hari Jumat, 19 Nopember 2020, Pemerintah mengumumkan SKB 4 menteri berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di semester genap tahun pelajaran 2020/2021. Dalam SKB tersebut disebutkan bahwa pemerintah daerah dan Kantor Wilayah Departeman Agama diberikan keleluasaan untuk menentukan sistem pembelajaran yang dilakukan di wilayahnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar pada semester genap yang dimulai bulan Januari 2021 akan dilaksanakan pembelajaran tatap muka. Ini menandakan sekolah harus bersiap dengan segala fasilitas untuk mendukung kegiatan pembelajaran tatap muka tersebut. Fasilitasi-fasilitas tersebut disiapkan untuk menunjang aktivitas siswa dan guru untuk memenuhi protokol kesehatan sehingga dapat meminimalisir penyebaran virus.

Selain itu guru juga harus menyiapkan berbagai hal untuk menyiapkan siswa agar dapat berkativitas sesuai protokol kesehatan gugus tugas covid-19. Salah satu hal yang dapat disiapkan adalah membuat kesepakatan kelas di masa new normal. Kesepakatan kelas ini dibuat dengan tetap memperhatikan konsep murid merdeka. Guru saat Penyusunan kesepakatan tersebut, guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Kesepakatan kelas yang berhasil dibuat diharapkan menjadi acuan siswa untuk bertindak selama kegiatan belajar tatap muka di era new normal. Kesepakatan kelas ini juga dapat berfungsi sebagai kontrol terhadap siswa agar dapat berperilaku sesuai protokol kesehatan. Oleh karena itu kesepakatan kelas menjadi sangat penting untuk menumbuhkan budaya positif di kelas.

 

2.        Deskripsi Aksi Nyata

Pada masa new normal, atas ijin pemerintah daerah dan orang tua, siswa akan belajar tatap muka di sekolah. Namun kondisinya sedikit berbeda dengan kondisi sebelum pandemi covid-19. Berbagai hal harus menjadi perhatian kita sebagai guru. Sekolah dan guru harus benar-benar siap akan segala hal yang berkaitan dengan penumbuhan rasa aman dan nyaman siswa selama belajar di sekolah. Sekolah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang sedangkan guru juga harus memikirkan berbagai cara agar siswa dapat belajar dengan baik di kelas tanpa melupakan protokol kesehatan. Salah satu hal yang perlu dipikirkan adalah aturan kelas yang berdampak pada budaya positif anak di masa new normal. Aturan kelas yang dibuat tersebut tidak boleh melupakan esensi dari murid merdeka itu sendiri. Aturan kelas tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kesepakatan kelas.

Kesepakatan kelas merupakan aturan yang dibuat bersama oleh siswa dan guru sebagai acuan dalam berperilaku di dalam kelas. Kesepakatan kelas ini merupakan aturan tambahan dari tata tertib yang sudah ada di sekolah. Kesepakatan kelas dibuat secara sadar oleh seluruh siswa tanpa ada sedikitpun paksaan dari guru ataupun pihak lain. Pada aksi nyata ini, kesepakatan kelas dibuat bersama siswa melalui google meet dengan tujuan guru bisa bertatap muka secara langsung dengan siswa sehingga dapat menumbuhkan kesan bahwa mereka berada dalam kelas sesungguhnya.

Pembuatan kesepakatan kelas diawali dengan mengundang anak-anak melalui WA grup “Paguyuban Orang Tua Siswa”. Pada kesempatan itu, guru menanyakan kepada siswa mengenai waktu yang akan digunakan untuk pertemuan di google meet. Setelah waktu disepakati, guru dan siswa bertemu di ruang meeting google meet. Disana guru menyampaikan informasi bahwa kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan diri menyambut pembelajaran tatap muka di semester genap nanti.

Di awal pembicaraan guru juga menyampaikan bahwa kesepakatan yang dibuat ini sedikit berbeda dengan kesepakatan kelas yang dibuat sebelumnya mengingat kondisi belajar tatap muka masih dalam situasi pandemi covid-19. Guru memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk mengajukan usul tentang isi kesepakatan kelas yang akan dibuat. Para siswa sangat antusias memberikan pendapat masing-masing sehingga pertemuan google meet menjadi sedikit riuh. Seraya mendengarkan, guru juga mencatat hal-hal yang disampaikan oleh siswa. Diakhir pertemuan guru bersama siswa merangkum tentang kesepakatan kelas yang dibuat ke dalam poster yang dibuat menggunakan aplikasi canva. Poster tentang kesepakatan kelas ini disampaikan kembali dan diminta persetujuan dari seluruh siswa. Para siswa menyambut baik dan membaca secara bersama-sama kesepakatan yang telah dibuat dengan penuh semangat.

Kesepakatan kelas sudah selesai. Poster akan dicetak dan ditandatangani saat pembelajaran tatap muka dimulai. Diakhir kegiatan guru menjelaskan bahwa kesepakatn kelas ini bertujuan untuk menumbuhkan budaya positif di kelas saat kembali ke sekolah untuk belajar dengan sistem tatap muka. Selain itu, guru juga menjelaskan bahwa kesepakatan kelas ini diperlukan untuk membiasakan seluruh siswa belajar dan berperilaku sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan oleh gugus tugas covid-19 sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman, aman, terkendali serta terhindar dari virus corona.

 

3.        Hasil dari Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata ini adalah berupa kesepakatan kelas yang akan diberlakukan saat pembelajaran tatap muka dimulai. Dari kesepakatan kelas yang dibuat, diharapkan dapat menumbuhkan budaya positif pada diri siswa. Budaya positif yang diharapkan tercapai adalah kebiasaan-kebiasaan baik yang tertuang dalam kesepakatan kelas tersebut.

 

4.        Pembelajaran yang Didapat

a)      Kegagalan

Dalam penyusunan kesepakatan kelas di masa new normal ini, kegagalan yang ditemui adalah tidak semua siswa dapat bergabung melalui google meet. Siswa tidak dapat bergabung karena berbagai alasan, mulai dari gadget dibawa orang tua dan tidak memiliki kuota internet.

b)     Keberhasilan

Keberhasilan dalam pelaksanaan aksi nyata ini adalah terwujudnya kesepakatan kelas yang berbasis murid merdeka. Dimana siswa diberikan ruang sebesar-besarnya untuk mengekspresikan dirinya, mengajukan usul dan pendapat yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan kesepakatan kelas. Keberhasilan lain adalah siswa merasa senang berdiskusi melalui google meet dan mulai berani mengungkapkan ide dan pendapatnya dalam ruang virtual yang disediakan.

 

5.        Rencana Perbaikan

Rencana perbaikan dari pelaksanaan aksi nyata ini adalah CGP akan merencanakan lebih matang pertemuan yang akan dilaksanakan melalui google meet. Dengan perencanaan yang matang tersebut diharapkan tidak ada lagi siswa yang tidak dapat mengikuti pertemuan virtual dengan alasan gadget dibawa oleh orang tua. Perencanaan tersebut dapat berupa menjadwalkan pertemuan di sore hari saat orang tua sudah pulang dari bekerja. Selain itu kesepakatan kelas yang dibuat juga di share di grup WA dengan tujuan siswa yang tidak sempat mengikuti pertemuan virtual melalui google meet juga mengetahui isi dari kesepakatan kelas yang dibuat.


6.        Dokumentasi Kegiatan

1)    Proses penyusunan kesepakatan kelas melalui google meet yang selalu menerapkan 5S (senyum, sapa, salam, santai, sukses)


2)   Publikasi kesepakatan kelas yang telah dibuat melalui google meet diakhir pertemuan



3)       Poster yang akan dipajang di kelas saat anak-anak belajar tatap muka di semester genap mendatang




Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan

Aksi Nyata CGP - I Made Mudiartana - Pendekatan Inkuiri Apresiatif

MEWUJUDKAN HUBUNGAN YANG HUMANIS (SENYUM-SAPA-SALAM) ANTARA GURU, SISWA DAN ORANG TUA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI APRESIATIF

 

I Made Mudiartana

CGP Angkatan 1 Kota Denpasar

 

1.        Latar Belakang

Pendidikan merupakan roh sebuah negara. Pendidikan dan hasil dari sebuah pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah negara.. Negara maju adalah negara yang menempatkan pendidikannya pada prioritas utama. Pendidikan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam peningkatan kualitas bangsa. Pendidikan adalah sumber dari segala sumber kemajuan suatu bangsa, karena melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia bangsa tersebut dapat ditingkatkan. Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam membangun suatu bangsa, tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia.

Untuk mengoptimalkan kontribusi pendidikan terhadap peningkatan kualitas bangsa Indonesia, semua pihak mempunyai kontribusi yang penting, apakah pengelola pendidikan itu sendiri, termasuk swasta, pemerintah, atau masyarakat pada umumnya. Pemerintah di sisi lain harus pula mempunyai komitmen kesungguhan untuk berpihak pada kemajuan pendidikan, demikian pula dengan masyarakat dalam hal ini orang tua siswa. Mereka harus menyadari akan pentingnya pendidikan bagi masa depan putra-putri bangsa yang tercinta ini. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat bernilai bagi peningkatan kualitas bangsa Indonesia.

Di masa pandemi, sistem pendidikan di Indonesia mengalami sedikit pergeseran. Mulai dengan diterbitkannya kurikulum seri pandemi oleh Kemdikbud sampai pada sistem belajar yang mengalami perubahan. Sistem belajar yang bertahun-tahun menjadi andalan guru mulai ditinggalkan karena alasan menjaga jarak fisik dan social distancing. Sistem belajar tata muka mulai mendapat porsi yang sangat sedikit dibandingkan sistem belajar online baik menggunakan aplikasi pembelajaran maupun ruang-ruang virtual lainnya. Namun, dimasa ini timbul kekhawatiran terhadap humanisme hubungan antara guru, siswa dan orang tua siswa. Hal ini sangat berdasar yakni karena adanya batas dan jarak antara guru, siswa dan orang tua siswa selama pandemi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mendorong peningkatan hubungan yang humanis antara guru dan orang tua siswa untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran jarak jauh. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mewujudkan hubungan yang humanis antara guru, siswa dan orang tua dengan pendekatan inkuiri apresiatif.

 

2.        Deskripsi Aksi Nyata

Inquiri Apresiatif (IA) adalah teori yang dikembangkan oleh David Cooperrider. IA merupakan pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif dan penddikan positif. IA juga merupakan salah satu model manajemen perubahan kolaboratif yang membawa perbaikan dalam suatu sistem seperti komunitas, institusi atau lembaga pendidikan. IA memulai perubahan dari pertanyaan utama yang ditentukan bersama dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Dengan demikian dalam melakukan perubahan positif di sekolah harus terbangun kolaborasi positif antar stakeholder sekolah. Kolaborasi ini akan berjalan baik jika terdapat hubungan yang humanis antar guru, siswa dan orang tua siswa di masa pandemi.

Pandemi yang melanda Indonesia beberapa bulan terakhir memaksa para pelaku pendidikan khususnya guru untuk melakukan perubahan sistem belajar. Sistem belajar yang semula menggunakan mode tatap muka menjadi mode online/daring. Dalam perjalananya, mode daring tidak dapat dilakukan 100% karena dalam beberapa hal mengharuskan siswa dan orang tua untuk datang ke sekolah untuk bertemu langsung dengan guru. Disini terlihat masih diperlukan perubahan dalam beberapa sisi, khususnya kesan guru ketika menerima siswa dan orang tua siswa di sekolah. Masih ada beberapa guru yang kurang menunjukkan sikap ramah dan profesional. Sepertinya ikatan antara guru dan siswa sudah mulai pudar karena pandemi ini. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan aksi nyata untuk mengadakan perubahan terhadap perilaku ini. Akasi nyata yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut menggunakan pandekatan inkuiri apresiatif dengan strategi BAGJA. Tahapan strategi BAGJA tersebut adalah sebagai berikut :

B

:

Buat Pertanyaan Utama. Pertanyaan utama ini sebagai penentu arah penelusuran dalam melakukan perubahan. Setiap pertanyaan utama akan mewakili proses tahapan BAGJA yang berbeda. Untuk itu perlu kesepakatan dalam memilih pertanyaan utama

A

:

Ambil Pelajaran. Tahapan ini dilakukan jika telah sepakat terhadap mengambil pertanyaan yang mana

G

:

Gali Mimpi bersama. Dalam tahapan ini komunitas akan menggali mimpi sesuai dengan harapan yang ingin dicapai

J

:

Jabarkan Rencana. Komunitas atau sekolah secara bersama-sama menjabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang diimpikan. Pada tahap ini merupakan Langkah mengidentifikasi Tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan

A

:

Atur Eksekusi. Bagian ini adalah bagian mentranspormasi rencana menjadi nyata. Sehingga diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang memerukan kesepakatan

 

Tahapan dalam strategi BAGJA  tersebut disusun dengan mengajukan pertanyaan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan. Untuk mewujudkan hubungan yang humanis (senyum, sapa, salam) antara guru, siswa dan orang tua untuk meningkatkan kolaborasi yang efektif di masa pandemi dapat dijabarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Tahapan

Pertanyaan

Tindakan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan

B-uat pertanyaan (Define)

Apa yang menjadi penyebab guru belum mampu menunjukkan hubungan humanis dengan siswa dan orang tua?

Melakukan observasi dan refleksi diri terhadap sikap yang sudah dilakukan selama menerima kedatangan siswa dan orang tua di masa pandemi

A-mbil pelajaran (Discover)

Bagaimana cara mengatasi merosotnya humanisme hubungan antara guru, siswa dan orang tua di masa pandemi?

§  Berdiskusi dengan kepala sekolah berkaitan dengan berkuranganya humanisme hubungan antara guru, siswa dan orang tua saat datang ke sekolah di masa pandemi

§  Melakukan refleksi diri terkait merosotnya nilai-nilai humanisme (senyum, sapa, salam) dalam menjalin hubungan dengan siswa dan orang tua siswa.

G-ali mimpi (Dream)

Apa yang menjadi harapan terhadap tindakan yang dilakukukan guru untuk memperbaiki humanisme hubungan dengan siswa dan orang tua?

Berdiskusi dan melakukan komunikasi aktif dengan beberapa teman sejawat terkait sikap dan harapan perubahan sikap yang ingin ditunjukkan. Perubahan sikap yang diharapkan adalah guru mampu menjalin hubungan dengan siswa dan orang tua dengan sikap yang humanis (senyum, sapa, salam)

J-abarkan rencana (Design)

Apa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan mimpi perubahan sikap menjadi lebih humanis tersebut?

Menyusun rencana kerja dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan hubungan yang humanis. Langkah-langkah tersebut adalah :

1)    Berdiskusi dengan Kepala Sekolah terhadap tindakan yang akan dilakukan

2)    Berkomunikasi efektif dengan beberapa teman sejawat

3)    Melakukan refleksi diri dengan mengajukan pertanyaan terhadap sikap yang sudah dilakukan

4)    Menumbuhkan sikap humanis dari dalam diri guru

5)    Membudayakan apresiasi terhadap setiap perubahan positif yang dilakukan oleh guru

A-tur eksekusi (Deliver)

Kapan tindakan yang mencerminkan perubahan sikap akan dilakukan?

Membuat jadwal kegiatan sesuai rencana yang sudah dilakukan. Tindakan yang mencerminkan perubah dilakukan pada minggu pertama bulan desember 2020

3.        Hasil dari Aksi Nyata

Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh atau BDR yang sudah berlangsung kurang lebih 10 bulan memunculkan berbagai polemik di masyarakat. Polemik tersebut muncul tidak tanpa alasan. Berkurangnya intensitas guru bertatap muka dengan siswa, berkurangnya kolaborasi guru dengan orang tua, bahkan merosotnya humanisme guru saat bertemu dengan siswa dan orang tua ketika datang ke sekolah kini menjadi sorotan banyak pihak. Hal tersebut sangat beralasan dikarenakan intensitas pertemua guru dengan siswa dan orang tua semakin berkurang. Sehingga mungkin memunculkan perasaan yang tidak biasa dibenak guru, siswa dan orang tua.

Berkurangnya humanisme hubungan yang terjalin antara guru, orang tua dan siswa dapat dipatahkan dengan melakukan langkah-langkah reflektif seperti yang jelaskan pada bagian deskripsi aksi nyata di atas. Langkah-langkah dengan strategi BAGJA tersebut ternyata efektif untuk meningkatkan humanisme hubungan yang terjalin antara guru, siswa dan orang tua siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap dan perilaku guru dalam menerima kedatangan siswa dan orang tua di sekolah di masa pandemi ini. guru sudah menjukkan sikap humanis seperti menunjukkan senyum, menyapa dan menyampaikan salam saat siswa dan orang tua datang ke sekolah.

 

4.        Pembelajaran yang Didapat

a)      Kegagalan

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi ini merupakan tantangan bagi sebagian guru. Banyak sekali pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan. Salah satu pembelajaran yang diperoleh selama melakukan aksi nyata kolaborasi bersama orang tua ini adalah bertemu dengan berbagai karakter. Sehingga dalam perjalananya, guru harus melakukan berbagai strategi dan upaya untuk menyelami dan mengenali karakter orang tua yang datang ke sekolah. Karakter orang tua yang memiliki kesadaran terhadap pentingnya pendidikan mungkin tidak menjadi masalah, namun bertemu dengan orang tua yang memiliki karakter keras dan kasar menjadi pelajaran tersendiri bagi guru.

b)     Keberhasilan

Bentuk keberhasilan dari aksi nyata “mewujudkan hubungan yang humanis antara guru, siswa dan orang tua siswa” sangat luar biasa. Guru-guru sudah mulai menunjukkan sikap yang humanis (senyum, sapa dan salam) tiap kali menerima kedatangan tamu, baik orang tua, siswa, mapun pihak lain yang datang ke sekolah.


5.        Rencana Perbaikan

Seperti yang diuraikan di atas, kolaborasi antara guru dan orang tua memiliki nilai yang sangat penting dalam peningkatan efektivitas pembelajaran selama PJJ. Namun karena adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan aksi nyata ini, maka diperlukan rencana perbaikan. Rencana perbaikannya adalah selalu melakukan komunikasi efektif dengan orang tua yang memiliki karakter keras dan kasar. Bila perlu melakukan kunjungan berkala untuk melakukan pendekatan persuasif demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas.

 

6.        Dokumentasi Kegiatan

1)     Bertukaran pikiran dalam rapat sekolah bersama Kepala Sekolah dan teman sejawat terkait aksi nyata yang akan dilakukan



 

2)   Melakukan komunikasi efektif dengan beberapa teman sejawat demi perbaikan sikap untuk mewujudkan hubungan yang humanis dengan siswa dan orang tua



3)        Bentuk keberhasilan aksi nyata

Menyambut siswa dan orang tua dengan senyum, sapa, dan salam

 

Melayani segala bentuk permasalah siswa dan orang tua siswa dalam pelaksanaan pembelajaran daring


Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan