BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi dapat secara cepat memasuki semua bidang kehidupan, tak akan ketinggalan pendidikan juga mengalami globalisasi. Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tujuan pembelajaran terdahulu dipusatkan pada usaha – usaha untuk pemenuhan kognitif guru untuk memfasilitasi siswa dalam hal belajar, baik fasilitas yang berupa materi pelajaran maupun fasilitas berupa metode pembelajaran, serta sumber – sumber belajar.
Seiring waktu di semester akhir (semester lima) ada materi kuliah yang harus ditempuh oleh semua mahasiswa yaitu Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang pada dasarnya adalah uintuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa melalui peningkatan profesional guru. Para pengajar telah dibekali pemantapan kemampuan profesional berarti para pengajar memiliki persaingan kompetensi yang diinginkan, sudah tentu bisa menemukan, menggali dan memecahkan permasalahan pendidikan yang berdasarkan pada aturan – aturan penelitian tindakan kelas (PTK).
Dengan pedoman mata kuliah di semester akhir ini, sebagai salah satu upaya untuk memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melatih meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran. Di sisi lain dengan berbagai cara dapat menemukan, menggali dan sekaligus mengatasi masalah proses pembelajaran di tempat tugasnya. Selanjutnya Mahasiswa PGSD dibimbing melalui refleksi profesional, menemukan akar permasalahan proses pembelajaran yang setiap hari dihadapinya, sehingga akan dapat membantu mengoptimalkan kemampuan siswa.
Guru di samping menguasai mata pelajaran sebagai guru kelas, juga diharapkan menguasai metodologi mengajar yang berkaitan / berhubungan dengan materi dan ditekankan kreativitas guru. Guru yang penuh kreatif dalam mengajar selalu mempunyai ide-ide, gagasan-gagasan baru untuk menarik minat dan perhatian siswa dalam menciptakan suasana kelas yang aktif dan kreatif. Keinginan untuk mendorong pikiran siswa terhadap mata pelajaran Mtematika dan Pendidikan Kewarganegaraan, peranan guru sangat diperlukan dalam proses penyajiannya, agar siswa lebih aktif, kreatif, tertarik, dan komunikatif.
Keberhasilan yang merupakan cemin dalam proses pembelajaran yang sudah tentu dilakukan oleh seorang guru terhadap peserta didik (siswa) berdasarkan hasil evaluasi. Hasil evaluasi dapat dilihat dari tingkat kemampuan peserta didik (siswa) dalam menguasai materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Sudah tentu tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran yaitu tes merupakan alat ukur yang dipakai oleh guru, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif, dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.
Berdasarkan data pada kelas VI SDN 12 Pemecutan, hasil ulangan Matematika menunjukkan rendahnya tingkat pencapaian penguasaan materi. Terbukti dari persentase ketuntasan Matematika hanya 52% dari jumlah siswa 25 orang, sedangkan persentase ketuntasan PKn hanya mencapai 32% dari 25 orang siswa.
Dengan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap penguasaan materi pelajaran, guru ingin mengetahui penyebab masalah dan sekaligus menganalisis dari sisi pelaksanaan perbaikan pembelajaran, berdasarkan aturan PTK.
Adapun maksud dari perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran tiada lain untuk memperbaiki hasil belajar siswa sehingga tercapainya kualitas mutu pendidikan yang lebih baik.
Dengan keadaan data yang demikian maka penulis melakukan diskusi dengan teman sejawat dan meminta bimbingan kepada supervisor untuk mengidentifikasi masalah – masalah dari pembelajaran dan terungkaplah beberapa masalah penyebabnya, dalam pembelajaran Matematika dan Pkn sebagai berikut : (a) rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, (b) siswa kurang aktif dan kreatif dalam hal bertanya, (c) kesulitan siswa menyelesaikan soal yang berhubungan dengan volume bangun ruang, (d) rendahnya kemampuan siswa dalam memahami Pemilu dan Pilkada, (e) siswa tidak dapat menjawab pertanyaan, (f) kurangnya pemahanam konsep – konsep dalam belajar.
Setelah peneliti mengidentifikasi masalah yang tersebut di atas, selanjutnya peneliti melakukan analisis masalah dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri (Refleksi) dan bisa juga dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti portofolio siswa, daftar nilai dan bahkan pembelajaran yang telah dilakukan. Semua ini tergantung pada masalah yang diidentifikasi. Melalui diskusi dengan teman sejawat diketahui faktor penyebabnya, siswa kurang menguasai materi pembelajaran Matematika dan PKn yang disebabkan oleh: (a) kurangnya partisifasi siswa saat guru menjelaskan, (b) penyampaian materi, guru terlalu cepat dan media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. (c) tidak memberi kesempatan kepada siswa yang kurang memahami konsep dasar tentang bangun ruang dan pemahaman tentang Pemilu dan Pilkada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalahnya dan perlu dipecahkan sesuai dengan mata pelajaran Matematika dan PKn adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VI tentang volume tabung dan prisma segitiga melalui pemberian contoh dan demonstrasi?
2. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa mengenai Pemilu dan Pilkada melalui tanya jawab, diskusi, bermain peran, dan penugasan?
C. Tujuan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan perbaikan ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Eksakta ( Matematika)
1.1 Siklus I
1.1.1 Meningkatkan pemahaman siswa mengenai volume tabung dan prisma segitiga melalui pemberian contoh.
1.1.2 Mengaktifkan belajar siswa
1.2 Siklus II
1.2.1 Meningkatkan pemahaman siswa mengenai volume tabung dan prisma segitiga melalui pemberian contoh dan demonstrasi
1.2.2 Mengaktifkan belajar siswa
2. Mata Pelajaran Non Eksakta (PKn)
2.1 Siklus I
2.1.1 Meningkatkan pemahaman siswa tentang Pemilu dan Pilkada melalui tanya jawab dan diskusi
2.1.2 Mengaktifkan belajar siswa
2.2 Siklus II
2.2.1 Meningkatkan pemahaman siswa tentang Pemilu dan Pilkada melalui tanya jawab, diskusi, bermain peran dan penugasan
2.2.2 Mengaktifkan belajar siswa.
D. Manfaat Perbaikan
Hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan self reflekctive teaching ini akan memberikan manfaat dalam pembelajaran, yang nantinya dapat dirinci menjadi manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Yang dijadikan perlakuan penelitian (tindakan). Hasil penelitian ini diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar, sehingga hasil belajar lebih meningkat khususnya mata pelajaran Matematika dan PKn
2. Bagi Guru
Dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dipakai sebagai acuan untuk memperbaiki pembelajaran mengenai konsep – konsep yang sulit dimengerti oleh siswa. Sehingga guru sedikit demi sedikit mengetahui strategi yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, sehingga permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat diminimalkan.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran dan dapat sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam perolehan prestasi dan penguasaan konsep maupun keterampilan.
4. Bagi Peneliti Lain
Di bidang pendidikan secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peneliti dibidang pendidikan, untuk variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK
Globalisasi pada awalnya bergandengan dengan perubahan yang besar dalam bidang ekonomi dan keuangan. Akan tetapi perubahan ekonomi inipun pada akhirnya menuntut perubahan yang cukup besar dalam pendidikan. Dan pendidikan juga tak dapat mengelak dari konsekuensi yang ditimbulkan oleh globalisasi. Menurut Dirjen Dikti (dalam Hernawan) ada 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki guru kelas : (a) penguasaan bidang study, (b) pemahaman tentang peserta didik, (c) penguasaan pembelajaran yang mendidik, (d) pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Kompetensi tersebut berkaitan erat dengan tugas guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memperbaiki pembelajaran. Penetapan fokus masalah penelitian :
a. Merasakan adanya masalah.
Pertama – tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan ketidak puasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya, dalam upaya untuk memperbaiki dan / atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, dituntut keberaniannya mengatakan sisi – sisi lemah yang ada pada imflementasi (Suyatno, 1997)
b. Identifikasi masalah
Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah guru dapat minta bantuan pada teman sejawat, berdiskusi dengan mitra dan / atau melacak sumber – sumber pustaka yang relevan (Hopkins, 1993).
c. Analisis masalah
Menurut Abimanyu (1995) yang perlu diperhatikan dalam analisis masalah :
- Pilih masalah yang penting, yang bisa dipecahkan oleh guru dan siswa.
- Pilih dan tetapkan permasalahan yang sekala cukup kecil dan terbatas.
- Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif.
Hakekat dan pengertian tes dan pengukuran hasil belajar : Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, Pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif, Penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran (Tes dan Asesmen di SD) oleh Asmawi Zainul dan Agus Mulyana. Belajar dan pembelajaran : Belajar merupakan siklus interaksi antara individu dengan lingkungan, dengan unsur pokok terletak pada interaksi yang menguntungkan antara proses akomodasi konsep terhadap pengalaman nyata dengan proses asimilasi pengalaman terhadap konsep yang dimiliki. Piaget (dalam Suciati dkk, 2005). Media pembelajaran. Kerap kali guru merasa lebih praktis berkomunikasi dengan cara verbalisme di depan kelas. Namun sebagai guru yang profesional tidak semua peristiwa instruksional (pengajar) dapat berjalan lancar hanya dengan verbalisme. Gambar merupakan media yang dapat memberikan ilustrasi visual yang menarik pada siswa. Media yang dari bahan sederhana dan murah walaupun barang bekas merupakan salah satu solusi yang terbaik. Disamping itu lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.
2.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di tingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Karakteristik yang pertama adalah anak sekolah dasar senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuata permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur bermain di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran sebaiknya diselang-selingi antara pelajaran serius dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan.
Karakteristik yang kedua adalah anak SD senang bergerak. Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama 35 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
Karakteristik yang ketiga adalah anak SD lebih senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulan dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), memppelajari olahraga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional kongkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah mata angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.
Disamping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar, menangkap, dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya. Beberapa tugas perkembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar bertanggung jawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nilai kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan. Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan keluar yang besar yaitu: (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya, (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis, dan komunikasi orang dewasa.
Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
Mengacu pada karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak SD di atas, maka secara umum terdapat empat karakteristik anak SD yang memiliki korelasi positif dalam PTK yang penulis lakukan yaitu: (1) karakteristik pertama, anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini membuat guru merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya, (2) anak usia SD senang bergerak. Konsekuensi dari karakteristik ini adalah guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah dan bergerak, (3) karakteristik ketiga ialah anak usia SD senang bekerja dalam kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, (4) aak usia SD senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam pembelajaran. Guru dituntut menggunakan metode serta multi metode yang mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Disamping itu, peran media konkret juga menjadi pusat perhatian guru (Sumantri, Syaodih, 2005:6.3).
2.3 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika sebagai pelajaran struktur, setiap konsep matematika akan dapat dipahami dengan baik oleh siswa apabila disajikan dalam bentuk konkret dan beragam. Anak – anak menyenangi matematika kalau disajikan dalam bentuk yang menarik (Xoltan P. Dienes).
Ernest (dalam Waluyo, dkk, 2001 : 6) mengemukakan bahwa filsafat konstruktivis sosial memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan pengajuan masalah oleh manusia. Dengan demikian, matematika tumbuh dan berkembang karena manusia mempunyai masalah. Banyak konsep matematika digali dari kehidupan sehari – hari dan konsep – konsep itu dikembangkan agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah sehari – hari.
Siswa sekolah dasar yang umumnya berumur 6 sampai 12 tahun, berada pada tahap perkembangan berpikir operasional konkret. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Jean Piaget mengenai tahap perkembangan mental anak. Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan anak, antara lain : tahap Sensorik Motorik (umur 2 tahun), tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun), tahap Operasional Kongkret (umur 7-11 tahun), dan tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas). Bertolak dari keempat tahap perkembangan anak tersebut di atas, anak sekolah dasar masih berada pada tahap Praoperasional dan tahap Operasional Kongkret (Sunarto dan Ny. Agung Hartono, 1994). Ciri khas masa Praoperasional adalah kemampuan anak menggunakan suatu simbol berupa alat peraga yang mewaikili suatu konsep. Sedangkan pada tahap Operasional Konkret, anak – anak umumnya telah memahami operasi logis dengan bantuan benda – benda konkret.
Dari pendapat tersebut, maka dalam penyampaian materi matematika, guru hendaknya menyesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu dengan menggunakan benda – benda yang nyata (kongkret) terutama yang sering ditemukan atau digunakan oleh siswa dalam kehidupan sehari – hari.
Benda – benda akrab dimaksud adalah benda – benda konkret yang biasa atau sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari – hari baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Bonatto (dalam Djoko Waluyo, dkk, 2001 : 8) mengatakan bahwa membawa situasi – situasi dunia nyata ke dalam matematika sekolah dasar adalah perlu meskipun belum cukup untuk menumbuh kembangkan sikap positif terhadap matematika, yang diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk memahami dan menginterpretasi realitas, dan sebagai aktifitas berpikir yang menarik. Hal tersebut di atas dapat dicapai bila guru berhasil membawa siswa menggunakan matematika ke dalam realitas.
Sehubugan dengan hal ini Price. J (dalam Waluyo, dkk, 2001 : 10) mengatakan bahwa, dengan mengaitkan matematika ke dunia nyata, siswa dapat mengaplikasikan matematika yang mereka pelajari di kelas ke dunia nyata. Dengan mengaitkan matematika dengan disiplin ilmu yang lain, siswa dapat melihat banyak hal – hal yang tergantung pada matematika. Salah satu cara agar siswa berkeinginan dengan matematika yang diajarkan adalah dengan melibatkan lingkungan siswa secara aktif dalam proses belajar di kelas.
Bentuk pengajaran dengan melibatkan benda – benda yang akrab dengan siswa dan situasi dunia nyata, akan lebih menyenangkan bahkan anak – anak dapat melihat langsung bagaimana hubungan benda – benda konkret dan situasi dunia nyata dengan konsep yang diajarkan. Dengan melibatkan siswa secara langsung pada objek pembelajaran seperti pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar maka konsep – konsep pembelajaran matematika akan dapat dipahami oleh siswa.
Konsep – konsep matematika yang mesti dipahami oleh siswa sekolah dasar meliputi : (1) sifat – sifat operasi hitung bilangan, (2) faktor dan kelipatan, (3) pengukuran sudut, panjang dan berat, (4) keliling dan luas bangun datar sederhana, (5) penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, (6) pecahan, (7) lambang bilangan romawi, (8) bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar (BSNP : 2006)
2.4 Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
Materi dan model pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn sangat diperlukan untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagai warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.
Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran.
Materi PKn dengan paradigma baru dikembangakan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat isi pokok PKn, yakni: (1) kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan, (2) standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran, (3) indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan, dan (4) rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.
PKn dengan paradigma baru tertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan (civic kompetence) untuk semua jenjang. Sedangkan pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio merupakan alternatif guna mencapai tujuan PKn tersebut.
2.5 Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Matematika dan PKn
Dalam kehidupan sehari – hari, sering kita mendengar dan melihat banyak pihak menggunakan berbagai media untuk berbagai keperluan. Misalnya saja dalam dunia bisnis, banyak perusahaan yang menginginkan agar produknya dapat dibeli khalayak umum, maka banyak digunakan sarana – sarana seperti Televisi, Radio, Surat Kabar, Brosur – brosur dan poster. Sarana – sarana tersebut pada dasarnya adalah media atau perantara agar informasi atau pesan mengenai produknya itu dapat diserap / diterima khalayak umum.
Begitu pula dalam proses pembelajaran, seorang pada saat menyajikan bahan ajar kepada siswa kerap kali menggunakan media agar informasi / bahan ajar tersebut dapat diterima atau diserap dengan baik oleh siswa dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan – perubahan perilaku baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) maupun keterampilan (psikomotor). Dalam proses pembelajaran, media dapat diartikan sebagai berikut :
1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (H. Udin S. Winataputra, 1997 : 5.3)
2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti buku, film, vidio, slide (H. Udin S. Winataputra, 1997 : 5.3)
3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk teknologi perangkat kerasnya (H. Udin S. Winataputra, 1997 : 5.3)
Dari pengertian di atas tentang media dalam proses pembelajaran dapat ditarik kesimpulan : (1) media pembelajaran merupakan wahana dari pesan/informasi yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa). (2) Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah pesan / materi pembelajaran. (3) Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi guru berperan sebagai komunikator (communicator) yang akan menyampaikan pesan / bahan ajar (mesage) kepada siswa sebagai penerima pesan (Communican). Agar pesan / bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran.
Media pembelajaran sangat penting sehingga harus dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa, ada beberapa alasannya :
1) Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran. Dengan perkataan lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan siswa. hal ini mengandung pengertian perlunya berbagai media sebagai fasilitas belajar.
2) Banyak temuan penelitian yang mengungkapkan keandalan media pembelajaran, diantaranya yang dilakukan oleh British dalam buku Strategi Belajar Mengajar, 1997 : 5.6. Audio – Visual Association bahwa rata – rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indra menunjukkan komposisi sebagai berikut :
- 75 % melalui indra pengelihatan (visual)
- 13 % melalui indra pendengaran (auditori)
- 6 % melalui indra sentuhan dan peraba
- 6 % melalui idra pencium dan lidah
Dari hasil temuan ini dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui indra penglihatan, padahal umumnya kita masih menganut pembelajaran tradisional artinya sebagian besar bahan ajar disampaikan secara verbal dengan mengandalkan indra pendengar. Kondisi seperti ini tentu saja kurang menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Fungsi dari media pembelajaran di bawah ini :
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan sistuasi belajar yang diharapkan.
3) Media pembelajaran dalam penggunannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan dan bahan ajar.
4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakan hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa saja.
5) Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
7) Media pembelajaran meletakkan dasar – dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
Memperhatikan pentingnya media pembelajaran seperti diuangkapkan di atas, maka sebenarnya tidak ada alasan lagi apabila kita menginginkan proses belajar mengajar yang berhasil selain menggunakan media pembelajaran pada setiap proses belajar mengajar (pembelajaran) tersebut. Untuk memberikan penekanan terhadap pernyataan tersebut, perhatikan nilai – nilai yang dimiliki media pembelajaran berikut : (a) membuat konkret konsep yang abstrak, (b) membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek yang terlalu besar, (d) menampilkan objek yang terlalu kecil, yang tak dapat diamati dengan mata telanjang, (e) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat / lambat, (f) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya, (g) memungkinkan keseragaman atau persepsi belajar siswa, (h) membangkitkan motivasi belajar, (i) memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar, (j) menjanjikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan, (k) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak mengatasi waktu dan ruang, (l) mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Penggunaan media yang berlebihan dalam suatu kegiatan belajar mengajar akan mengaburkan tujuan dan isi pembelajaran. Oleh karena itu sebelum menggunakan media guru perlu memahami terlebih dahulu teori pemilihan media, sebab tidak ada satu mediapun yang cocok untuk segala macam situasi. Sebelum memahami teori pemilihan media perlu diketahui mengenai berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan karakteristiknya.
Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi :
1) Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat, jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru – guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non proyekted visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (proyekted visual). Media yang dapat diproyeksikan ini bisa berupa gambar diam (still pictures) dan media bergerak (motion pictures).
(a) Gambar diam (still pictures) adalah gambar – gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang atau objek lain yang ada kaitannya dengan bahan / isi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. sebenarnya guru dapat melibatkan siswa untuk mencari gambar diam. Gambar diam ini ada yang tunggal dan ada pula yang berseri, yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam adalah : dapat menterjemahkan ide / gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistik, banyak tersedia dalam buku – buku (termasuk buku teks), majalah, surat kabar, dan sebagainya, mudah menggunakan dan tidak memerlukan peralatan lain dan tidak mahal, dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua pelajaran / disiplin ilmu. (b) Media grafis merupakan media pandang dua dimensi yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Unsur – unsur yang ada pada media grafis adalah gambar dan tulisan. Media grafis dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata – kata, angka serta bentuk simbul (lambang), bila akan menggunakan media grafis harus memahami dan mempelajari arti simbul – simbulnya. Sehingga media ini lebih efektif untuk menyajikan isi pelajaran kepada siswa. karakteristik dari media grafis yaitu sederhana. Dapat menarik perhatian, murah dan mudah disimpan atau dibaca. Cukup banyak jenis media grafis, namun yang sering dipergunakan diantaranya grafik, bagan, poster, kartun / karikatur dan komik.
Grafik (grafh) merupakan gambar yang sederhana untuk menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti. Pada umumnya grafik digunakan untuk menerangkan perkembangan dan perbandingan sesuatu secara singkat dan jelas dengan menggunakan data statistik. Pada grafik ini banyak digunakan bentuk – bentuk simbul. Grafik juga memberikan ilustrasi mengenai hubungan antara satu unit data dengan kecendrungan – kecendrungan dalam data tersebut. Data dapat diinterpretasikan secara cepat. Secara visual grafik ini dapat menarik, secara umum terdapat empat jenis grafik yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, yaitu grafik grafik batang (bargraphs), grafik piktorial (pictorial graphs), grafik lingkaran (circle / pie graphs) dan grafik garis (line graphs).
Bagan (Chart) biasanya dirancang untuk menggambarkan atau menunjukkan suatu ide atau gagasan melalui garis, simbol, gambar dan kata – kata singkat. Fungsi utama bagan adalah menunjukkan hubungan, perbandingan, perkembangan, klasifikasi dan organisasi. Bagan terdiri dari bagan pohon (tree charts), bagan arus (flow charts), bagan tabel (tabular charts), bagan organisasi (organization charts), bagan klasifikasi (clasification charts) dan bagan waktu (time charts).
Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan tentang tata kerja dari suatu benda. Sebuah diagram yang baik adalah yang sederhana yaitu hanya berisi bagian – bagian terpenting saja yang diperlihatkan, misalnya garis besar dari sebuah objek nyata atau sebuah sketsa penampang memotong dari suatu objek seperti bagian organ tubuh manusia.
Poster merupakan suatu kombinasi visual yang terdiri atas gambar dan pesan / tulisan dengan menggunakan warna yang menjolok. Poster dapat digunakan sebagai pemberitahuan, motivasi, peringatan atau menangkap perhatian siswa yang walaupun dilihat sekilas namun mampu menanamkan gagasan yang berarti dalam ingatan.
2) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk dari media audio. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek – aspek keterampilan mendengarkan. Dari sikapnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan media lainnya. Terdapat beberapa pertimbangan apabila menggunakan media audio diantaranya : (a) media ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak. (b) media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi dibanding media lainnya, oleh karena itu dibutuhkan teknik – teknik tertentu dalam belajar melalui media ini. (c) karena sifatnya auditif, jika ingin memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan juga pengalaman – pengalaman secara visual, sedangkan kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan perbendaharaan kata – kata, bahasa dan susunan kalimat.
3) Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. Sudah tentu menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada siswa. selain dari itu media ini dalam batas – batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher) tetapi karena penyajian materi bisa diganti oleh media, maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Anderson (dalam Rahadi, 2003) mengelompokkan media menjadi 10 golongan seperti yang digambarkan dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Pengelompokan media menurut Anderson
No. | Golongan Media | Contoh dalam pembelajaran |
I | Audio | Kaset audio, siaran audio, CD, telepon |
II | Cetak | Buku pelajaran, modul, brosur, gambar |
III | Audio – Cetak | Kaset audio yang dilengkapi dengan bahan tertulis |
IV | Proyeksi Visual Diam | Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide) |
V | Proyeksi Audio Visual Diam | Film bingkai (slide) bersuara |
VI | Visual Gerak | Film bisu |
VII | Audio Visual Gerak | Film gerak bersuara, video/VCD, televisi |
VIII | Obyek Fisik | Benda nyata, model, spesimen |
IX | Manusia dan Lingkungan | Guru, pustakawan, laboran |
X | Komputer | CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer) |
(Rahadi, 2003:21-22)
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran sudah tersedia banyak sekali media yang dapat dipergunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disajikan, tinggal kebijaksanaan dari pengajar untuk merelevansi media yang ada di sekitar tempat pembelajaran karena pada hakikatnya segala sesuatu yang ada di sekitar kita dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.
2.6 Penggunaan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yanag teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Ada beberapa metode pembelajaran yang terkait dengan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika dan PKn, yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah banyak digunakan dalam pembelajara klasikal. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian atau penyampaian secara lisan kepada siswa mengenai konsep dengan menggunakan alat bantu atau gambar (Depdikbud, 1996:107)
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang menyajikan bahan ajaran dengan mempertunjukkan secara lagsung objek atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Dalam penerapan metode ini, guru mengusahakan agar sebanyak mungkin siswa ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materi melalui permasalah yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat aau keputusan secara bersama. Metode ini tidak dapat berdiri sendiri namun seringkali digunakan bersama metode-metode yang lain.
4. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok biasanya digunakan dalam melakukan percobaan sehingga guru diharapkan membagi kelompok yang ideal antara 3 sampai dengan 5 orang serta memiliki kecerdasan yang bervariasi untuk memaksimalkan hasil kerja kelompok. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah: (1) materi yang akan dibahas, (2) sarana dan lingkungan yang sesuai, (3) skenario yang sistematis, (4) membimbing siswa dalam melakukan kerja kelompok agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
5. Metode Bermain Peran
Metode Bermain peran adalah metode yang mengajak siswa untuk terlibat langsung seperti apa keadaan sebenarnya materi yang disampaikan, dengan kata lain, siswa diajak untuk memerankan dan melakonkan beberapa kejadian atau peristiwa yang terdapat dalam materi pembelajaran. Metode ini sagat baik digunakan untuk memperkuat daya ingat siswa tentang suatu materi yang diajarkan.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
3.1 Subyek Penelitian (Lokasi, Waktu, Mata Pelajaran, Kelas dan Karakteristik siswa)
- Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas VI SDN 12 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
- Jadwal kegiatan sebagai berikut :
Matematika tanggal, 25 Oktober 2010 (Siklus I)
Matematika tanggal, 1 Nopember 2010 (Siklus II)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tanggal, 25 Oktober 2010 (Siklus I)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tanggal, 1 Nopember 2010 (Siklus II)
- Adapun karakteristik siswa kelas VI SDN 12 Pemecutan adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari pertumbuhan fisiknya tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan anak-anak pada umumnya.
2. Sedangkan dilihat dari perkembangan intelektualnya sangat bervariasi. Dari 25 orang siswa hanya 1 orang yang perkembangannya sangat baik, 4 orang dikategorikan baik, 15 orang dikategorikan sedang, dan sisanya 5 orang kemampuan intelektualnya masih kurang.
3.2 Deskripsi Persiklus (Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/Pengumpulan Data (Instrumen) dan Refleksi)
Dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk masing-masing mata pelajaran. Pelaksanaan tindakan untuk masing-masing siklus meliputi empat tahapan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi.
Keempat tahapan tersebut digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini:
Gambar 3.1 Alur Penelitian
(Iskandar, 2009:49)
3.2.1 Mata Pelajaran Eksakta Matematika
1. Siklus I
1.1 Rencana
Merencanakan suatu kegiatan merupakan suatu aktifitas sehari – hari bagi setiap orang yang hidup teratur. Rencana merupakan suatu kebutuhan pokok dalam melaksanakan setiap kegiatan. Meskipun membuat rencana, seperti membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) merupakan kegiatan rutin yang dikerjakan oleh guru.
Dalam pikiran guru akan selalu muncul ketidak puasan terhadap hasil pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, guru dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur kepada diri sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang masih terjadi dalam imflementasi program pembelajaran yang dikelolanya.
Dengan teman sejawat, peneliti mengadakan diskusi untuk mengantisifasi kelemahan – kelemahan dalam perbaikan pembelajaran baik terjadi permasalahan pada siswa maupun guru. Dalam rangka menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I (terlampir) beserta lembar pengamatannya untuk teman sejawat (terlampir) dan mempersiapkan segala sarana dan prasarana seperti perlengkapan / media percobaan dan lain sebagainya.
Waktu dan pelaksanaan siklus I, akhirnya disepakati Rencana Perbaikan Pembelajaran minggu kelima tanggal 25 Oktober 2010.
1.2 Pelaksanaan dan Pengamatan
Setelah perencanaan, dilaksanakannya pelaksanaan Siklus I minggu kelima tanggal 25 Oktober 2010.
Tahap melaksanakan tindakan, program perbaikan pembelajaran dari awal sampai akhir jam pelajaran. Teman sejawat juga melaksanakan pengamatan atau mengisi lembar observasi. Adapun perbaikan pembelajaran Matematika terlampir. Selama peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran. Tercatatlah temuan – temuan yang diperolehnya adalah :
a) Ketika peneliti menyampikan pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran, siswa kelihatan kurang mantap.
b) Masih banyak siswa kurang interaktif mendengarkan penjelasan guru.
c) Siswa kurang memahami volume bangun ruang khususnya volume tabung dan prisma segitiga.
Perhatian guru untuk selanjutnya di dalam pelaksanaan pembelajaran sangat diperlukan yang sungguh-sungguh, agar guru dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Ketika peneliti menyampaikan pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran, siswa kelihatan kurang mantap.
a) Masih banyak siswa kurang interaktif mendengarkan penjelasan guru.
b) Siswa kurang memahami volume bangun ruang khususnya volume tabung dan prisma segitiga.
Perhatian guru untuk selanjutnya di dalam pelaksanaan pembelajaran sangat diperlukan yang sungguh-sungguh, agar guru dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
1.3 Refleksi
Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah upaya mengkaji apa yang telah dan / atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukannya. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah – langkah lebih lanjut dalam upaya tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan menentukan tindak lanjut untuk siklus II. Dimana antara peneliti dan teman sejawat pada siklus I, akan merefleksikan pelaksanaan proses dan refleksi ini berdasarkan peneliti dan teman sejawat. Ada hal perlu ditindak lanjuti dari observasi teman sejawat.
Hal tersebut didasarkan pada temuan/masalah – masalah pada siklus I. Karena dari 25 siswa, yang mendapat nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya 88%, rata – rata kelas hasil belajar mencapai 58,4 dengan siswa yang aktif hanya 19 orang saja. Temuan – temuan ini akan dioptimalkan pada siklus II
2. Siklus II
2.1 Rencana
Teman sejawat dan peneliti sesuai dengan jadwal siklus II dilaksanakan minggu pertama tanggal 1 Nopember 2010. Bertujuan untuk mengoptimalkan cara mengajar pada siklus II. Sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan menambah soal – soal dan metode pembelajaran yang bervariasi
Berdasar hasil temuan yang didapat pada siklus I, maka dipandang perlu untuk diadakan penyempurnaan dan pembelajaran perlu dikembangkan lagi modelnya (variatif) agar siswa bisa terfokus dalam pembelajaran, terutama dalam melakukan penghitungan volume bangun ruang, seperti pada siklus II (terlampir). Diharapkan siswa yang aktif, kreatif dan interaktif sedangkan guru hanya memfasilitasinya.
2.2 Pelaksanaan dan Pengamatan
Tahap melaksanakan siklus II, dalam program perbaikan pembelajaran dari awal sampai berakhirnya jam pelajaran. Selalu teman sejawat mencatat hasil pengamatan dalam catatan observasi. Dalam siklus II dengan berpedoman pada catatan siklus I, sudah banyak mengalami perbaikan dalam pembelajaran. Hal masalah – masalah pada siklus I dioptimalkan atau disempurnakan, akhirnya semua siswa bisa menjawab semua pertanyaan, yang diajukan oleh guru. Siswa sudah aktif dan kreatif.
Setidaknya siswa sudah mampu mendengarkan penjelasan guru dengan seksama dan penuh antusias. Berdasarkan hasil yang telah dicapai siswa, terlihat sangat memuaskan dan penuh keyakinan dalam menyelesaikan soal.
2.3 Refleksi
Antara peneliti dan teman sejawat merefeleksikan proses pembelajaran. Dari refleksi ini berdasarkan perasaan peneliti dan teman sejawat ternyata sudah banyak membawa perubahan pada siswa. Terutama peningkatan keberaniannya mengajukan pendapat dalam kelompok dan klasikal serta berani ke depan kelas menyanggah dan memperbaiki pendapat temannya. Dan dapat dilihat dari perolehan nilai, dimana seluruh siswa mendapat nilai diatas KKM. Dengan nilai hasil rata – rata kelas 66,2 dan siswa yang aktif sudah mencapai 24 orang.
Dengan mengkaji data – data yang didapat sehingga memenuhi kriteria yang diharapkan dan peneliti dapat merefleksikan hasil tindakan pada siklus II dengan sempurna dan dipakai dasar untuk tidak sampai ke Siklus III.
3.2.2 Mata Pelajaran Non Eksakta (Pendidikan Kewarganegaraan)
1. Siklus I
1.1 Rencana
Suatu rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru, yaitu masalah yang berasal dari orang yang terlibat dalam penelitian perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran.
Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam perbaikan pembelajaran, jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional. Guru dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur kepada diri sendiri mengenai masalah – masalah yang masih terjadi dalam imflementasi pembelajaran yang dikelolanya.
Dengan teman sejawat, peneliti mengadakan diskusi untuk mengantisifasi kelemahan – kelemahan dalam perbaikan pembelajaran baik kelemahan – kelemahan yang terjadi pada siswa maupun pada guru sebagai pengelola pembelajaran. Dalam rangka menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus I (terlampir) beserta lembar pengamatan yang digunakan oleh teman sejawat (terlampir) dan mempersiapkan sarana dan prasarana seperti menyediakan alat peraga dan media pembelajaran.
Adapun jadwal dan pelaksanaan siklus I, disepakati dengan teman sejawat pada minggu kelima, tanggal 25 Oktober 2010.
1.2 Pelaksanaan dan Pengamatan
Selanjutnya rangkaian kegiatan dalam siklus I, dilaksanakan pada minggu kelima, tanggal 25 Oktober 2010. Tahap melaksanakan tindakan program perbaikan pembelajaran dari awal sampi akhir pembelajaran di dalam kelas. Teman sejawat juga melaksanakan kegiatannya, mengisi lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau masalah-masalah pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Adapun materi pembelajaran yang disampaikan (terlampir).
Selama peneliti melaksanakan proses pembelajaran tercatat temuan – temuan yang diperoleh adalah :
a) Ada beberapa siswa kurang aktif mendengarkan penjelasan guru tentang Pemilu dan Pilkada.
b) Siswa kurang memahami Pengertian Pemilu dan Pilkada.
Hal – hal ini akan menjadi kasus perhatian dalam perbaikan pembelajaran. Kesalahan dan kesulitan yang dialami oleh beberapa siswa tidak bisa dibiarkan, harus dicarikan solusinya. Tentu guru akan mencari dan menemukan jalan terbaik untuk melakukan perbaikan sesuai dengan harapan.
1.3 Refleksi
Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk melihat kembali bayangan kita atau memantulkan kembali kejadian yang perlu kita kaji.
Dengan dibantu oleh data observasi dari teman sejawat, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya. Guru juga mencoba merenungkan mengapa suatu usaha perbaikan pembelajaran berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi, guru dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai melalui data observasi oleh teman sejawat. Serta apa yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran berikutnya.
Antara peneliti dan teman sejawat pada siklus I akan merefleksikan pelaksanaan proses dan refleksi ini berdasarkan peneliti dan teman sejawat. Ada hal yang perlu ditindak lanjuti dari observasi teman sejawat.
Hasil tersebut didasarkan pada temuan pada siklus I. Karena hanya dari 25 orang siswa yang mendapat nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 76%. Rata – rata kelas hasil pembelajaran mencapai 73,2 dan siswa yang aktif baru mencapai 22 orang, temuan – temuan ini akan dioptimalkan pada siklus II.
2. Siklus II
2.1 Rencana
Teman sejawat dan peneliti, sesuai dengan jadwal siklus II dilaksanakan pada minggu pertama, tanggal 1 Nopember 2010. Bertujuan untuk mengoptimalkan cara mengajar pada siklus II, sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan menambahkan soal – soal dan metode mengajar yang lebih bervariasi.
Berdasarkan hasil temuan yang didapat pada siklus I, maka dipandang perlu untuk diadakan penyempurnaan. Dan pembelajaran perlu dikembangkan secara variatif. Agar siswa bisa terfokus dalam pembelajaran, terutama dalam memahami pengertian Pemilu dan Pilkada dengan menggunakan metode bermain peran. Dalam hal ini diharapkan siswa yang aktif, kreatif dan komunikatif dan guru hanya sebagai mediator.
2.2 Pelaksanaan dan Pengamatan
Tahap melaksanakan siklus II, dalam program perbaikan pembelajaran dari awal sampai berakhir jam pembelajaran. Teman sejawat mengobservasi hasil pengamatan dalam catatan lembar pengamatan. Dalam siklus II teman sejawat, masalah – masalah disiklus I, sudah banyak mengalami perbaikan dalam pembelajaran dan sudah optimal. Akhirnya semua siswa bisa menjawab semua pertanyaan, yang diajukan oleh guru (peneliti). Siswa sudah aktif dan kreatif, siswa sudah mampu mendengarkan penjelasan guru (peneliti) dengan seksama dan penuh antusias. Berdasarkan hasil yang telah dicapai siswa, terlihat sangat memuaskan dan penuh keyakinan dalam menyelesaikan soal.
2.3 Refleksi
Antara peneliti dan teman sejawat merefleksikan proses pembelajaran. Dari refleksi ini berdasarkan perasaan peneliti dan teman sejawat ternyata sudah banyak mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari data penguasaan materi, semua siswa mendapat nilai di atas KKM yang artinya ketuntasan sudah mencapai 100%. Dengan nilai rata – rata kelas meningkat menjadi 78,2 dan siswa yang aktif sudah mencapai 24 orang.
Dengan data – data tersebut, sehingga peneliti dan teman sejawat, perbaikan pembelajaran disiklus II telah sempurna. Dan dari hasil tersebut diputuskan untuk tidak sampai ke Siklus III.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Persiklus
4.1.1 Mata Pelajaran Eksakta Matematika
a. Data Tentang Rencana
Adapun data yang dapat dikemukakan dalam rencana ini adalah data mengenai keadaan pembelajaran Sebelum Tindakan perbaikan pembelajaran (Data pra siklus).
Data pra siklus yang diperoleh dari jumlah siswa SDN 12 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar dari 25 orang siswa hanya 13 orang yang mendapat nilai di atas KKM (ketuntasan 52%) dan secara keseluruhan rata – rata kelas 55,6 dengan siswa yang aktif hanya 11 orang.
b. Data Pelaksanaan
Mengenai data pelaksanaan ini dapat dijabarkan yaitu data Siklus I dan data Siklus II. Dari data Siklus I ke Siklus II didasarkan pada pertimbangan dan saran dari proses pembelajaran Siklus I baik oleh peneliti maupun teman sejawat.
Pada Siklus I, dari jumlah siswa 25 orang, yang mendapat nilai diatas KKM adalah 22 orang siswa (ketuntasan 88%), dengan perolehan rata – rata hasil belajar 58,4 dan siswa yang aktif mencapai 19 orang.
Sedangkan untuk Siklus II dari jumlah siswa 25 orang, yang mendapat nilai diatas KKM adalah 25 orang siswa (ketuntasan 100%), dengan perolehan nilai rata – rata 66,2 serta siswa yang aktif sudah mencapai 24 orang.
Untuk lebih jelasnya mengenai semua data tersebut di atas dapat dijabarkan melalui tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 4.1 Tabel Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas VI SDN 12 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
NO | NAMA SISWA | PRA SIKLUS | SIKLUS I | SIKLUS II |
1 | A.A Mei Handayani | 40 | 50 | 60 |
2 | Ayu Melandani | 50 | 55 | 65 |
3 | Ni Komang Santiari | 55 | 60 | 65 |
4 | Ni Kt Mariyani | 60 | 60 | 70 |
5 | Dwi Cahyono | 50 | 55 | 65 |
6 | Krisna Kumara Dewi | 75 | 80 | 85 |
7 | Dia Ayu Anggoro Putri | 60 | 60 | 65 |
8 | Inen Dehlu Nabila Ramadani | 80 | 80 | 80 |
9 | A.A.N. Agung Wirama | 55 | 60 | 60 |
10 | Kadek Dwi Juniasih | 50 | 55 | 60 |
11 | Rahfika Ade Berliani | 65 | 70 | 60 |
12 | I Gede Joko | 60 | 65 | 75 |
13 | Kadek Yo | 60 | 60 | 70 |
14 | Dita Agustina Trisiani | 50 | 55 | 65 |
15 | Kd Krisna Arta Dewi | 55 | 55 | 70 |
16 | Ni Pt Juliani | 50 | 55 | 60 |
17 | I Gst. Pt Ari Sanjaya | 50 | 55 | 60 |
18 | Bagus Kusnadi | 50 | 55 | 65 |
19 | I Gde Agus Adistira | 45 | 50 | 60 |
20 | Ni Luh ade Anggreni | 85 | 80 | 90 |
21 | I Komang Pastika | 40 | 50 | 55 |
22 | I Made Dana | 45 | 55 | 60 |
23 | Ni Wayan Putu Suriasih | 55 | 55 | 65 |
24 | I Pt. Aristya Pratama | 55 | 60 | 65 |
25 | Angga Siswanto | 50 | 55 | 60 |
JUMLAH | 1390 | 1460 | 1655 | |
RATA-RATA | 55,6 | 58,4 | 66.2 | |
PERSENTASE KETUNTASAN | | | |
Catatan:
Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 55
Grafik 4.1 Grafik Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas VI SDN 12 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
Tabel 4.2 Tabel keaktifan belajar siswa pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas VI SDN 12 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
N O | NAMA SISWA | KEAKTIFAN | K ET | ||||||||
PS | SK I | SK II | |||||||||
KA | CA | SA | KA | CA | SA | KA | CA | SA | |||
1 | A.A Mei Handayani | P | | | P | | | | P | | |
2 | Ayu Melandani | P | | | | P | | | P | | |
3 | Ni Komang Santiari | P | | | | | P | | | P | |
4 | Ni Kt Mariyani | | P | | | | P | | | P | |
5 | Dwi Cahyono | P | | | P | | | | P | | |
6 | Krisna Kumara Dewi | | | P | | | P | | | P | |
7 | Dia Ayu Anggoro Putri | | P | | | | P | | | P | |
8 | Inen Dehlu Nabila R. | | | P | | | P | | | P | |
9 | A.A.N. Agung Wirama | P | | | | | P | | | P | |
10 | Kadek Dwi Juniasih | P | | | P | | | | P | | |
11 | Rahfika Ade Berliani | | P | | | | P | | | P | |
12 | I Gede Joko | | P | | | | P | | | P | |
13 | Kadek Yo | | P | | | | P | | | P | |
14 | Dita Agustina Trisiani | P | | | | P | | | P | | |
15 | Kd Krisna Arta Dewi | | P | | | | P | | | P | |
16 | Ni Pt Juliani | P | | | P | | | | P | | |
17 | I Gst. Pt Ari Sanjaya | P | | | | | P | | | P | |
18 | Bagus Kusnadi | P | | | | P | | | P | | |
19 | I Gde Agus Adistira | P | | | P | | | | P | | |
20 | Ni Luh ade Anggreni | | | P | | | P | | | P | |
21 | I Komang Pastika | P | | | P | | | | | P | |
22 | I Made Dana | P | | | | P | | P | | | |
23 | Ni Wayan Putu Suriasih | | P | | | | P | | | P | |
24 | I Pt. Aristya Pratama | | P | | | | P | | | P | |
25 | Angga Siswanto | P | | | | | P | | | P | |
JUMLAH | 14 | 8 | 3 | 6 | 4 | 15 | 1 | 8 | 16 | |
Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan