Aksi Nyata CGP - I Made Mudiartana - Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

PENERAPAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

DI KELAS 5B SEMESTER 1 SD NEGERI 12 PEMECUTAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

 

Oleh:

I Made Mudiartana

Email 201511995445@guruku.id

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Dewantara (2009), pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem belajar tatap muka. Sistem belajar tatap muka ini dilakukan dengan menghadirkan anak ke ruang belajar atau kelas yang didalamnya  sudah terdapat satu atau lebih guru yang akan mendidik dan membimbing anak selama proses belajar. Sistem tatap muka ini sudah berlangsung sejak jaman kolonial dan masih berlangsung sampai saat ini. Sistem belajar tatap muka saat ini sudah mengalami sedikit perubahan dengan hadirnya beberapa metode mengajar yang dikembangkan oleh guru yang bertujuan untuk meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar. Sistem ini masih menjadi salah satu pilihan guru dalam proses belajar mengajar sampai saat ini.

Sistem belajar tatap muka masih menjadi pilihan pavorite guru-guru dan pengajar baik pendidikan formal maupun non formal. Namun semenjak bulan Maret 2020, ketika pandemi covid-19 melanda Indonesia, sistem belajar mengalami sedkit pergeseran yaitu menggunakan sistem belajar tatap maya. Bagaimana tidak, covid-19 memaksa para pemangku kepentingan untuk membuat kebijakan yang melarang siswa yang berada di kawasan merah, orange dan kuning untuk melaksanakan sistem belajar tatap muka. Dengan kebijakan ini mengharuskan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran harus menggunakan fasilitas daring atau tatap maya. Sistem belajar tatap maya adalah sistem belajar menggunakan bantuan internet untuk menggerakkan kelas-kelas maya yang dibuat oleh pendidik. Kelas-kelas maya yang berbentuk Learning Management System (LMS) ini dapat beroperasi jika terdapat jaringan internet pada masing-masing individu guru dan siswa.

Pada saat kegiatan belajar menggunakan LMS maupun tatap maya, guru dituntut memiliki inovasi-inovasi yang bisa dilakukan agar mampu mengkondisikan siswa seperti belajar tatap muka meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selalu menekankan guru agar tidak mengejar ketercapaian kutikulum. Dalam pelaksanaan pembelajaraan tatap maya maupun melalui LMS hendaknya selalu mengoptimlkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Komptensi-kompetensi tersebut adalah sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Pada kegiatan belajar tatap maya maupun menggunakan LMS atau yang sering kita kenal dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), guru mungkin tidak akan mengalami kendala pada komptenesi pengetahuan dan keterampilan, namun akan menjadi berbeda pada kompetensi sikap. Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013 terbagi atas dua kompetensi yakni kompetensi sikap spiritual yang berhubungan dengan ketuhanan dan kompetensi sikap sosial yang berkaitan dengan hubungan antara manusia.

Sejalan dengan kurikulum 2013 di atas, Kemendikbud melalui Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Renstra Kemendikbud Tahun 2020-2024 menyebutkan bahwa pada profil Pelajar Pancasila juga menekankan 6 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa sebagai cermin dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila yakni beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif.

Dalam pelaksanaan PJJ, kompetensi sikap dalam kurikulum 2013 dan kompetensi kemandirian dalam profil Pelajar Pancasila menjadi sorotan karena guru sangat sulit melakukan kontrol terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini memerlukan inovasi guru agar mampu mengembangkan metode yang dapat mengukur ketercapaian sikap mandiri di atas. Olah karena itu dalam kesempatan ini, penulis mencoba menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pelaksanaan pembelajaran demi tercapainya komptensi sikap mandiri yang diharapkan dalam kurikulum 2013 dan profil pelajar Pancasila melalui aksi nyata Calon Guru Penggerak (CGP) pada kelas 5B SD Negeri 12 Pemecutan Semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021.

 

PEMBAHASAN

Guru adalah tonggak penggerak agar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat berlangsung dengan baik. Guru juga harus mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional. Selain pembelajaran yang menekankan kognitif dan psikomotor, afektif juga harus diberikan porsi maksimal. Salah satu caranya adalah dengan tetap menanamkan nilai karakter dalam setiap pembelajaran yang dilakukan. Karakter dalam profil pelajar Pancasila harus menjadi prioritas utama, khususnya kemandirian. Sebagai guru, penanaman sikap kemandirian tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh dan penugasan praktik baik selama PJJ berlangsung. Beberapa aksi nyata yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1.        Guru membuat kesepakatan bersama orang tua tentang penanaman nilai karakter mandiri selama PJJ berlangsung.

Kesepakatan ini sangat diperlukan untuk menanamkan pengertian kepada orang tua betapa pentingnya penanaman karakter mandiri selama PJJ berlangsung. Kesepakatan ini juga diperlukan agar dikemudian hari selama PJJ berlangsung tidak terjadi berbagai masalah yang tidak diinginkan. Orang tua dan guru harus berjalan beriringan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan khususnya penanaman karakter mandiri.

2.        Memberikan penugasan mandiri secara berkala dan berkesinambungan.

Nilai-nilai karakter mandiri dapat dilihat dari sudut pandang guru jika anak-anak melakukan tugasnya secara mandiri. Penugasan kokurikuler secara mandiri dan berkesinambungan diperlukan untuk melihat kemajuan siswa melalui kumpulan tugas atau portofolionya. Tugas-tugas harus didesain sedemikian rupa agar dapat dikerjakan secara mandiri tanpa bantuan orang tua atau orang-orang yang ada di lingkungan terdekat anak. Dengan penugasan mandiri dan berkesinambungan diharapkan dapat menumbuhkembangkan karakter mandiri pada anak.

3.        Memberikan penugasan kegiatan positif yang dilakukan setiap harinya oleh masing-masing siswa.

Selain penugasan kompetenesi pengetahuan dan keterampilan secara mandiri dan berkesinambungan, sikap mandiri anak juga dapat dilatih dengan penugasan non kurikuler seperti penugasan kegiatan positif selama PJJ berlangsung. Penugasan ini juga bersifat mandiri namun bentuk kegiatannya berupa kegiatan positif seperti membersihkan tempat tidur ketika bangun tidur, sembahyang dipagi, siang dan sore hari, membantu orang tua, majejaitan, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Dengan kegiatan positif seperti ini diharapkan akan tertanam karakter dan sikap mandiri pada anak untuk mempersiapkan diri tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.

4.        Memberikan feedback dan penguatan pada tiap dokumentasi tugas yang dikirimkan.

Pada pelaksanaan PJJ, penugasan kokurikuler dan non kurikuler akan dapat dilihat guru dan dinilai perkembangannya jika diberikan feedback dan penguatan pada tiap dokumentasi yang dikirimkan oleh orang tua ataupun siswa. Penguatan ini diperlukan untuk memepertahankan semangat anak-anak dalam mengerjakan dan melakukan tugasnya. Feedback dapat berupa umpan balik positif terhadap semua pekerjaan siswa. Selain itu diperlukan peran serta orang tua untuk memberikan penguatan pada anak-anaknya yang sudah melakukan tugasnya dengan baik sehingga semangat anak-anak kian tumbuh karena mendapat penguatan dari guru dan orang tuanya.

5.        Selalu menjaga komunikasi aktif dengan orang tua sebagai bentuk kontrol terhadap siswa

Setiap kegiatan yang dilakukan dapat berhasil dengan baik jika antara guru, orang tua dan siswa bersinergi dengan baik. Guru dan orang tua diharapkan dapat menjaga komunikasi aktif selama PJJ berlangsung demi tercapainya tujuan pendidikan khususnya penanaman karakter dan sikap mandiri siswa. Dengan terjalinnya komunikasi aktif antara guru dan orang tua diharapkan guru dapat mengontrol aktivitas siswa di rumah selama PJJ berlangsung.

 

Dari kelima aksi nyata yang dilakukan oleh guru di atas, diharapkan dalam diri siswa tertanam karakter dan sikap mandiri. Sikap mandiri ini akan membantu siswa dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Siswa akan memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan hasil belajarnya. Meskipun dalam situasi PJJ, siswa tidak lagi bergantung pada orang tuanya namun tetap pada komitmen dirinya bahwa belajar dan hasil belajarnya merupakan tanggung jawab dirinya sendiri. Dengan karakter dan sikap mandiri yang dimiliki diharapkan siswa akan siap hidup di tengah masyarakat sebagai pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan hasil yang diharapkan di atas diperlukan inovasi guru dalam pelaksanaanya. Inovasi diperlukan agar dalam pelaksanaan pembelajaran yang menekankan sikap dan karakter mandiri hanya diketahui oleh guru dan orang tua siswa atau dengan kata lain  sikap dan karakter mandiri menjadi hal yang tersirat dalam setiap pembelajaran yang dilakukan selama PJJ berlangsung. Dalam pelaksanaannya, guru tentu akan menemukan kegagalan maupun keberhasilan. Prediksi kegagalan yang mungkin akan ditemui adalah sulitnya berkomunikasi dengan beberapa orang tua siswa. Hal ini sangat beralasan karena SD Negeri 12 Pememcutan berada pada kawasan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah otomatis akan sangat mudah ditemukan orang tua yang tidak memiliki alat bantu komunikasi (gadget). Kegagalan lain yang mungkin akan ditemui adalah kurangnya partisifasi aktif orang tua dalam memantau dan mendampingi anaknya dalam belajar. Kegagalan-kegagalan ini diharapkan dapat diminimalisir dengan melakukan home visite ke rumah-rumah siswa yang tidak memiliki alat bantu komunikasi.

Selain kegagalan, dalam pelaksanaan PJJ yang menekankan sikap dan karakter mandiri ini tentunya diharapkan membawa keberhasilan terutama dalam pembentukan sikap mandiri anak. Melalui sikap mandiri ini, anak-anak akan lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan belajarnya. Selain itu anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri tinggi dalam menjalankan setiap aktivitasnya.

Pembelajaran jarak jauh di masa pandemi dengan menekankan salah satu karakter dan sikap pada profil pelajar Pancasila yaitu mandiri akan berjalan dengan baik jika setiap komponen yang terlibat mau berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Setiap kegagalan yang ditemui pada pembelajaran sebelumnya harus dibuat perencaanaan untuk perbaikan di masa mendatang. Rencana perbaikan yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan kegagalan kembali muncul adalah dengan : (1) Melakukan pendekatan secara persuasif kepada orang tua untuk menjelaskan betapa pentingnya penanaman karakter pelajar Pancasila, (2) Melakukan home visite ke rumah-rumah siswa untuk meyakinkan orang tua dan siswa bahwa penanaman sikap, karakter dan budi pekerti sangat penting dan paling baik dilakukan mulai dari keluarga. Menurut Dewantara (2009), keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.

 

PENUTUP

Guru adalah kunci dalam setiap pembelajaran yang dilakukan di kelasnya. Guru yang baik adalah guru yang mampu mengantarkan anak didiknya menjadi pribadi yang berbudi pekerti dan memiliki sikap sesuai nilai-nilai Pancasila. Guru menjadi pamong dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru hanya bertugas menjadi penuntun anak-anak untuk menemukan kemerdekaan dalam belajarnya. Oleh karena itu guru harus memiliki inovasi-inovasi yang dapat memberikan ruang kemerdekaan setiap anak dalam proses belajarnya. Guru juga diharapkan mampu menjalin komunikasi aktif dengan semua elemen pendukung pendidikan demi terwujudnya tujuan pendidikan itu sendiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dewantara, K.H. (2009). Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika

Kemendikbud. (2020). Permendikbud No. 22 tentang Rencana Strategis Kementerian Penbdidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Jakarta: Kemendikbud 



DOKUMENTASI AKSI NYATA



Jika Sobat menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan alamat email sobat pada kotak dibawah untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Sobat akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Media Pendidik dan Pendidikan


Artikel Terkait:

0 Komentar
Tweets
Komentar

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda sangat menentukan keberlangsungan blog ini.
Apabila anda tidak punya akun, gunakan anonymous
Apabila anda punya, gunakan Nama/URL
»Nama: diisi dengan nama anda
»»URL: diisi dengan alamat web, alamat email, dsb